1.jpg
Vol. 20 No.1, Januari 2012
 
 
HASIL LOKAKARYA BUDIDAYA UDANG BERKELANJUTAN DAN RESTORASI PESISIR
47.gif
Konsumen udang di Belanda dan Negara-negara Uni Eropa pada umumnya dikenal memiliki standar keamanan dan kualitas pangan (termasuk udang) yang sangat ketat. Jaminan kualitas tersebut antara lain diwujudkan dalam bentuk program sertifikasi dimana pemenuhan persyaratan sertifikasi uni eropa memiliki kriteria yang sangat ketat dan sulit dipenuhi oleh usaha pertambakan di Indonesia.
Oleh sebab itu IUCN (the International Union for Conservation of Nature) Belanda bekerjasama dengan WIIP (Wetlands International Indonesia Programme) melalui program SSCRC (Sustainable Shrimp/Coastal Restoration and Conservation berupaya untuk mempertemukan antara standar sertifikasi yang lazim digunakan di Belanda (dan uni eropa) dengan kegiatan pertambakan di Indonesia. Upaya yang akan dilakukan adalah perbaikan praktek budidaya untuk memenuhi standar sertifikasi dikombinasi dengan perbaikan ekosistem pesisir (mangrove) yang pada akhirnya akan memberikan manfaat yang optimal bagi semua pihak yaitu konsumen, produsen, dan lingkungan hidup pada umumnya. Sebagai langkah awal, telah dilakukan workshop di Bogor pada tanggal 26-27 Oktober 2009. Workshop ini menghadirkan pihak-pihak yang terlibat dalam rantai budidaya udang, meliputi: Penyedia benur, Praktisi budidaya udang, Peneliti, Tim Teknis Pemerintah, Pengolahan Hasil Panen, Exportir, Certifier dan LSM lingkungan.

Informasi penting yang dapat digali dari workshop tersebut diantaranya: (1) Upaya mengurangi serangan virus yang cukup efektif adalah dengan “system cluster”. Sistem cluster merupakan kegiatan pertambakan kolektif berdasarkan wilayah dimana petambak diorganisasi untuk menggunakan hanya benur bergaransi, jadwal tebar yang ditentukan secara ketat dan manajemen air yang memperkecil peluang penyebaran virus-virus berbahaya. Sistem cluster telah diterapkan di Kabupaten Bireun Propinsi Aceh dan terbukti bisa mendorong keberhasilan panen yang sebelumnya kurang dari 40% menjadi lebih dari 90%. Pendekatan lain yang mulai dikenal secara luas untuk mengurangi tingkat kegagalan panen adalah penerapan probiotik untuk menjaga kualitas air dan kesehatan udang. Probiotik memiliki peluang yang baik untuk mendorong pengembangan tambak ramah lingkungan karena dapat menggantikan posisi antibiotic yang penggunaannya banyak ditentang oleh konsumen; (2) Berhasil teridentifikasi 10 lokasi calon demosite program SSCRC yaitu di Aceh, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kaltim, dan Sulsel yang untuk selanjutnya akan dipilih lagi sebagai lokasi demosite program SSCRC.

Kegiatan SSCRC merupakan salah satu kegiatan yang diharapkan dapat memberi peluang bagi masyarakat petambak, terutama petambak tradisional, agar memperoleh akses pada pasar global. Disisi lain kegiatan ini juga diharapkan akan menekan kerusakan lingkungan akibat kegiatan pertambakan, bahkan akan memperbaiki dan melindung lingkungan dalam jangka panjang. Keseluruhan upaya ini pada akhirnya akan menghasilkan udang yang aman yang akan menguntungkan para konsumen.

[ back ]
Current Projects
POLLING
Terkait dengan issue perdagangan karbon, informasi apakah yang ingin anda ketahui?
Metode penghitungan karbon
Penyusunan dokumen dan desain proyek
Mekanisme dan standard perdagangan karbon

Lihat Hasil

Biodiversity
Wetlands Sites
read more >>>
Indonesian Mangrove
read more>>>
Wetlands at UN Climate Conference in Bali
Programme Wetlands International in Bali
Our goals for the UN Climate Conference (COP13)
Wetlands Day Presentation
Film: peat alert: peatland loss fuels climate change