|
|
Deskripsi |
: |
Pohon dengan ketinggian mencapai 30 m dengan diameter batang mencapai
50 cm. Memiliki perakaran yang khas hingga mencapai ketinggian 5 meter,
dan kadang-kadang memiliki akar udara yang keluar dari cabang. Kulit kayu
berwarna abu-abu tua dan berubah-ubah. |
|
Daun |
: |
Berkulit, warna hijau tua dengan hijau muda pada bagian tengah dan kemerahan
di bagian bawah. Gagang daun panjangnya 17-35 mm dan warnanya kemerahan.
Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: elips menyempit. Ujung:
meruncing. Ukuran: 7-19 x 3,5-8 cm. |
|
Bunga |
: |
Biseksual, kepala bunga kekuningan yang terletak pada gagang berukuran <14
mm. Letak: Di ketiak daun. Formasi: kelompok (2 bunga per kelompok).
Daun mahkota: 4; kuning-putih, tidak ada rambut, panjangnya 9-11 mm. Kelopak
bunga: 4; kuning kecoklatan, melengkung. Benang sari: 11-12; tak bertangkai. |
|
Buah |
: |
Buah kasar berbentuk bulat memanjang hingga seperti buah pir, warna coklat,
panjang 2-3,5 cm, berisi satu biji fertil. Hipokotil silindris, berbintil, berwarna
hijau jingga. Leher kotilodon berwarna merah jika sudah matang. Ukuran:
Hipokotil panjang 18-38 cm dan diameter 1-2 cm. |
|
Ekologi |
: |
Tumbuh pada tanah berlumpur, halus, dalam dan tergenang pada saat pasang
normal. Tidak menyukai substrat yang lebih keras yang bercampur dengan
pasir. Tingkat dominasi dapat mencapai 90% dari vegetasi yang tumbuh di
suatu lokasi. Menyukai perairan pasang surut yang memiliki pengaruh masukan
air tawar yang kuat secara permanen. Percabangan akarnya dapat tumbuh secara
abnormal karena gangguan kumbang yang menyerang ujung akar. Kepiting dapat
juga menghambat pertumbuhan mereka karena mengganggu kulit akar anakan.
Tumbuh lambat, tetapi perbungaan terdapat sepanjang tahun. |
|
Penyebaran |
: |
Sri Lanka, seluruh Malaysia dan Indonesia hingga Australia Tropis dan Kepulauan
Pasifik. |
|
Kelimpahan |
: |
|
|
Manfaat |
: |
Kayu dimanfaatkan untuk bahan bangunan, kayu bakar dan arang. Kulit kayu
berisi hingga 30% tanin (per sen berat kering). Cabang akar dapat digunakan
sebagai jangkar dengan diberati batu. Di Jawa acapkali ditanam di pinggiran
tambak untuk melindungi pematang. Sering digunakan sebagai tanaman
penghijauan. |
|
Catatan |
: |
|